Voltametri merupakan elektrolisis dalam ukuran mikroskala dengan menggunakan mikro elektroda kerja, disebut juga teknik arus voltase. Potensial dari mikro elektroda kerja divariasikan dan arus yang dihasilkan dicetak sebagai fungsi dari poetnsial. Hasil cetakan ini disebut voltamograf (Christian, 1994).
Voltametri mempelajari hubungan voltase arus-waktu selama elektrolisis dilakukan dalam suatu sel, di mana suatu elektroda mempunyai luas permukaan yang relative besar, dan elektroda yang lain (elektroda kerja) mempunyai luas permukaan yang sangat kecil dan seringkali dirujuk sebagai mikroelektroda: lazimnya teknik ini mencakup pengkajian pengaruh perubahan voltase pada arus yang mengalir di dalam sel. Mikroelektroda ini biasanya dibuat dari bahan tak reaktif yang menghantar listrik seperti emas, platinum atau karbon, dan dalam beberapa keadaan dapat digunakan suatu elektroda merkurium tetes (D.M.E); untuk kasus istimewa ini teknik itu dirujuk sebagai polarografi (Bassett, J.,1994).
Voltametri merupakan metoda elektrokimia yang mengamati perubahan arus dan potensial. Potensial divariasikan secara sistematis sehingga zat kimia tersebut, mengalami oksidasi dan reduksi dipermukaan elektroda. Dalam voltametri, salah satu elektroda pada sel elektrolitnya terpolarisasi. Penelahan pada sistem tersebut diikuti dengan kurva arus tegangan. Metode ini umum digunakan untuk menentukan komposisi dan analisis kuantitatif larutan.
Dalam sistem voltametri ada yang disebut dengan siklik voltametri. Voltametri ini merupakan tehnik voltametri dimana arus diukur selama penyapuan potensial dari potensial awal ke potensial akhir dan kembali lagi potensial awal atau disebut juga penyapuan (scanning) dapat dibalik kembali setelah reduksi berlangsung. Dengan demikian arus katodik maupun anodik dapat terukur. Arus katodik adalah arus yang digunakan pada saat penyapuan dari arus yang paling besar menuju arus yang paling kecil dan arus anodik adalah sebaliknya (Khopkar, 1985).
Sel voltametri, terdiri dari 3 elektroda yaitu elektroda pembanding, elektroda kerja, dan elektroda pembantu. Elektroda kerja pada voltametri tidak bereaksi, akan tetapi merespon elektroda aktif apa saja yang ada dalam sampel. Pemilihan elektroda bergantung pada besarnya range potensial yang diinginkan untuk menguji sampel (Ewing, 1975).
Voltametri sama halnya dengan potensiometer, yaitu mempunyai elektroda kerja dan elektroda pembanding, bedanya pada voltametri ditambah dengan sebuah elektroda yaitu elektroda pembantu (auxillary electrode) sehingga voltameter mempunyai 3 buah elektroda pada amperometer elektroda pembanding yang mempunyai potensial yang sudah tetap sehingga kelebihan arus ditangkap oleh elektroda pembantu.
Salah satu elektrodanya adalah elektroda merkuri/dropping mercury elektroda (DME) yang bertindak sebagai elektroda kerja. Elektroda pasangannya adalah elektroda kalomel jenuh (SCE) yang bertindak sebagai elektroda pembanding. SCE ini dapat juga digantikan oleh reservoir merkuri (Pungor,1995).
TEKNIK VOLTAMETRI
a. Polarografi
Polarografi adalah suatu bentuk elektrolisis dalam mana elektroda kerja berupa suatu elektroda yang istimewa, sutau elektroda merkuri tetes, dan dalam mana direkam suatu kurva arus voltase (voltammogram). Seperti yang digunakan oleh kebanyakan pengarang, istilah polarografi adalah suatu kasus istimewa daripada voltametri dalam mana mikroelektrodanya adalah merkurium tetes. Karena sifat –sifat istimewa elektroda ini, polarografi jauh lebih meluas penggunaanya dibandingkan voltametri yang menggunakan mikroelektroda lain (Underwood, 1996).
Polarogarfi digunakan secara luas untuk analisis ion –ion logam dan anion –anion anorganik, seperti IO dan NO . Gugus fungsi senyawa organik yang mudah teroksidasi atau tereduksi juga dipelajari dalam polarogarfi. Gugus fungsi yang digunakan meliputi karbonil, asam karboksilat, dan senyawa karbon yang memiliki ikatan rangkap (David, 2000).
b. Hydrodynamic Voltametri
Arus pada hydrodynamic voltametri diukur sebagai fungsi dari aplikasi potensial pada elektroda kerja. Profil potensial yang sama digunakan untuk polarografi, seperti sebuah pengamatan linear atau pulsa diferensial, digunakan dalam hydrodynamic voltametri. Hasil voltamogram yang identik untuk polarografi, kecuali untuk kekurangan arus menghasilkan osilasi dari penambahan tetes merkuri. Karena hydrodynamic voltametri tidak dibatasi untuk elektroda Hg, hydrodynamic voltametri bermanfaat untuk analisis reduksi atau oksidasi pada potensial yang lebih positif.
c. Stripping Voltametri
Salah satu dari teknik voltametri kuantitatif yang lebih penting adalah stripping voltametri, yang mana terdiri atas tiga teknik yang terkait : anoda, katoda, dan adsorpsi stripping voltametri. Sejak anodic stripping voltametri ditemukan aplikasi paling luas, kita mempertimbangkannya secara detail. Anodic stripping voltametri terdiri dari dua tahap (Gambar 2.4). Pertama pengontrolan potensial elektrolisis yang mana elektroda kerja, biasanya tetes merkuri atau lapis tipis merkuri, pada potensial katoda yang cukup untuk melapisi ion logam pada elektroda.
Tahap kedua, potensial anoda di scan kearah potensial yang lebih positif. Ketika potensial pada elektroda kerja cukup positif analit dilepaskan dari elektroda, larutan dikembalikan dalam bentuk oksidasi.
Cu(Hg) Cu (aq) + 2e
Arus selama tahap stripping dimonitor sebagai fungsi dari potensial, memberikan bentuk kenaikan pada puncak voltammogram yang sama ditunjukkan pada Gambar 2.4. Puncak arus yang proporsional pada konsentrasi analit dalam larutan. Anodic stripping voltametri sangat sensitif pada percobaan, yang mana harus dikontrol dengan hati–hati jika hasilnya ingin akurat dan tepat.
Gambar 2.4. Signal potensial eksitasi dan voltammogram untuk stripping voltametri pada
elektroda tetes merkuri.
d. Amperometri
Teknik voltametri terakhir yang dipertimbangkan adalah amperometri, yang mana potensial konstan diaplikasikan pada elektroda kerja, dan arus diukur sebagai fungsi waktu Karena potensial tidak discan, amperometri tidak mendorong kearah voltammogram.
Gambar 2.5. Sensor amperometri Clark untuk penentuan O2 yang terlarut.
Aplikasi yang penting dari amperometri adalah dalam kontruksi sensor kimia. Sensor amperometri yang pertama dikembangkan untuk melarutkan O dalam darah, yang mana dikembangkan pada 1956 oleh L.C. Clark. Bentuk dari sensor amperometri ditunjukkan pada Gambar 2.5 dan sama dengan elektroda membran pada potensiometri. Contoh lain pada sensor amperometri adalah sensor glukosa (David, 2000).
Senin, 08 Juni 2009
Logam Berat
Salah satu zat pencemar lingkungan yang sekarang serius diperbincangkan adalah logam berat. Limbah logam berat merupakan limbah yang berbahaya. Logam–logam berat umumnya bersifat toksik (racun) dan kebanyakan di air dalam bentuk ion (Gani, 1997).
Disebut logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa tinggi dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Yang termasuk golongan logam berat adalah seluruh elemen logam kimia. Merkuri atau raksa (Hg), kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr), talium (Tl), dan timbal (Pb) adalah beberapa contoh logam berat berbahaya. Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan (Martaningtyas, 2004).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977).
Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga
Mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan,1977).
Menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe (PPLH-IPB,1997; Sutamihardja, dkk, 1982).
Logam berat memiliki beberapa sifat, diantaranya yang pertama sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan). Kedua, dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang menkonsumsi organisme tersebut. Ketiga, mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air ( Saeni,1997).
Kontaminasi timbal dan kadmium dalam makanan dapat terjadi melalui makanan dalam kaleng yang sambungannya masih dipatri dengan timbal, pewarna tekstil yang digunakan sebagai pewarna makanan serta makanan yang tercemari oleh udara dan air yang telah tercemar oleh gas dan debu knalpot kenderaan bermotor. Makanan yang tinggi kadar timbalnya antara lain makanan yang dikemas dalam kaleng, kerang-kerangan dan sayur-sayuran yang ditanam di dekat jalan raya (Winarno dan Rahayu,1994).
Akibat pencemaran timbal dan kadmium pada lingkungan dapat rnenyebabkan makanan yang kita konsumsi, air yang kita minum dan udara yang kita hirup kemungkinan telah terkontaminasi dengan timbal dan kadmium. Residu logam-logam berat di dalam tubuh bersifat kumulatif dan dapat mengganggu sistem darah dan urat syaraf serta kerja ginjal.
Batas maksimum cemaran logam dalam makanan telah diatur oleh pemerintah melalui Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Dalam Makanan. Logam-logam tersebut adalah: arsen, timbal, tembaga, seng, timah dan merkuri.
Produk-produk makanannya adalah: buah dan hasil olahannya, coklat, kopi, teh, daging dan hasil olahannya, gula dan madu, ikan dan hasil olahannya, makanan bayi dan anak, minyak dan lemak, minuman ringan, minuman keras, rempah-rempah dan bumbu, sayur dan hasil olahannya, susu dan hasil olahannya, tepung dan hasil olahannya serta makanan lain yang tidak tertera diatas (Dep.Kes. RI., 1994).
Beberapa cara analisis logam yang telah banyak dilakukan baik untuk keperluan diagnosis saja yaitu system kualitatif maupun keperluan penelitian yang lebih mendetail yaitu system kuantitatif. Sustem kualitatif dilakukan jika seseorang hanya ingin mengetahui jenis logam yang ada tetapi tidak dalam jumlahnya. Sedangkan system kuantitatif dilakukan untuk mengetahui secara detail berapa ppm logam tersebut. Biasanya system ini penting dilakukan untuk keperluan penelitian yang memerlukan sensitivitas yang tinggi.
Bahan contoh analisis ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan nabati, bahan hewani termasuk manusia dan bahan air serta sedimen. Bahan nabati ini meliputi tanaman, biji–bijian, pakan, pangan dan sebagainya. Sedangkan bahan hewani termasuk manusia meliputi daging, hati, ginjal, darah, tanduk hewan, rambut, gigi dan organ manusia lainnya (Darmono, 1995).
Disebut logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa tinggi dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Yang termasuk golongan logam berat adalah seluruh elemen logam kimia. Merkuri atau raksa (Hg), kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr), talium (Tl), dan timbal (Pb) adalah beberapa contoh logam berat berbahaya. Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan (Martaningtyas, 2004).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977).
Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga
Mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan,1977).
Menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe (PPLH-IPB,1997; Sutamihardja, dkk, 1982).
Logam berat memiliki beberapa sifat, diantaranya yang pertama sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan). Kedua, dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang menkonsumsi organisme tersebut. Ketiga, mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air ( Saeni,1997).
Kontaminasi timbal dan kadmium dalam makanan dapat terjadi melalui makanan dalam kaleng yang sambungannya masih dipatri dengan timbal, pewarna tekstil yang digunakan sebagai pewarna makanan serta makanan yang tercemari oleh udara dan air yang telah tercemar oleh gas dan debu knalpot kenderaan bermotor. Makanan yang tinggi kadar timbalnya antara lain makanan yang dikemas dalam kaleng, kerang-kerangan dan sayur-sayuran yang ditanam di dekat jalan raya (Winarno dan Rahayu,1994).
Akibat pencemaran timbal dan kadmium pada lingkungan dapat rnenyebabkan makanan yang kita konsumsi, air yang kita minum dan udara yang kita hirup kemungkinan telah terkontaminasi dengan timbal dan kadmium. Residu logam-logam berat di dalam tubuh bersifat kumulatif dan dapat mengganggu sistem darah dan urat syaraf serta kerja ginjal.
Batas maksimum cemaran logam dalam makanan telah diatur oleh pemerintah melalui Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Dalam Makanan. Logam-logam tersebut adalah: arsen, timbal, tembaga, seng, timah dan merkuri.
Produk-produk makanannya adalah: buah dan hasil olahannya, coklat, kopi, teh, daging dan hasil olahannya, gula dan madu, ikan dan hasil olahannya, makanan bayi dan anak, minyak dan lemak, minuman ringan, minuman keras, rempah-rempah dan bumbu, sayur dan hasil olahannya, susu dan hasil olahannya, tepung dan hasil olahannya serta makanan lain yang tidak tertera diatas (Dep.Kes. RI., 1994).
Beberapa cara analisis logam yang telah banyak dilakukan baik untuk keperluan diagnosis saja yaitu system kualitatif maupun keperluan penelitian yang lebih mendetail yaitu system kuantitatif. Sustem kualitatif dilakukan jika seseorang hanya ingin mengetahui jenis logam yang ada tetapi tidak dalam jumlahnya. Sedangkan system kuantitatif dilakukan untuk mengetahui secara detail berapa ppm logam tersebut. Biasanya system ini penting dilakukan untuk keperluan penelitian yang memerlukan sensitivitas yang tinggi.
Bahan contoh analisis ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan nabati, bahan hewani termasuk manusia dan bahan air serta sedimen. Bahan nabati ini meliputi tanaman, biji–bijian, pakan, pangan dan sebagainya. Sedangkan bahan hewani termasuk manusia meliputi daging, hati, ginjal, darah, tanduk hewan, rambut, gigi dan organ manusia lainnya (Darmono, 1995).
PENENTUAN Cr, Pb, Sn, Sb, Cu, Zn SECARA SIMULTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODA STRIPING VOLTAMETRI “ SQUARE WAVE DENGAN ADANYA GANGGUAN TIMBAL BALIK , APLIKASI PADA SAMPEL TEPUNG ”
ABSTRAK
Telah diuraikan suatu prosedur analisis untuk penentuan secara simultan chromium (VI), timah(II), tin(II), antimoni(III), tembaga(II) dan seng(II) dengan metoda square wave anodic stripping voltametric (SWASV) pada sampel yang melibatkan makanan dan rantai makanan seperti biji gandum, tepung terigu dan tepung maizena. Pengabuan setiap sampel dilakukan dengan mengunakan campuran asam–asam HCl-HNO3-H2SO4 pekat. Larutan buffer ammonium sitrat berbasa dua dengan pH 6,5 digunakan sebagai elektrolit pendukung. Pengukuran secara voltametri dilakukan dengan menggunakan elektroda tetes air raksa (HMDE) sebagai elektroda kerja, elektroda platina sebagai elektroda pembantu dan elektroda Ag|AgCl|KCl sebagai elektroda pembanding. Prosedur analisis diuji dengan menganalisis bahan pembanding standar biji gandum BCR-CRM 189, tepung terigu NIST-SRM 1567a dan tepung beras NIST-SRM 1568a. Untuk semua unsur di dalam sampel yang tersertifikasi, presisi sebagai keberulangan yang dinyatakan sebagai standar deviasi relatif (sr) yaitu dari orde 3 – 5%. Akurasi, dinyatakan sebagai kesalahan relatif (e) biasanya dari orde 3-6%, sementara batas deteksi lebih rendah daripada 0,123 µg/g. Dengan keberadaan gangguan timbal balik, metoda standar addisi dianggap dapat meningkatkan resolusi dari teknik voltametri. Setelah dilakukan pada bahan pembanding standar , prosedur analisis dialihkan dan diaplikasikan pada tepung yang dijadikan sampel komersil untuk dijual di pasar.
ABSTRAK
Telah diuraikan suatu prosedur analisis untuk penentuan secara simultan chromium (VI), timah(II), tin(II), antimoni(III), tembaga(II) dan seng(II) dengan metoda square wave anodic stripping voltametric (SWASV) pada sampel yang melibatkan makanan dan rantai makanan seperti biji gandum, tepung terigu dan tepung maizena. Pengabuan setiap sampel dilakukan dengan mengunakan campuran asam–asam HCl-HNO3-H2SO4 pekat. Larutan buffer ammonium sitrat berbasa dua dengan pH 6,5 digunakan sebagai elektrolit pendukung. Pengukuran secara voltametri dilakukan dengan menggunakan elektroda tetes air raksa (HMDE) sebagai elektroda kerja, elektroda platina sebagai elektroda pembantu dan elektroda Ag|AgCl|KCl sebagai elektroda pembanding. Prosedur analisis diuji dengan menganalisis bahan pembanding standar biji gandum BCR-CRM 189, tepung terigu NIST-SRM 1567a dan tepung beras NIST-SRM 1568a. Untuk semua unsur di dalam sampel yang tersertifikasi, presisi sebagai keberulangan yang dinyatakan sebagai standar deviasi relatif (sr) yaitu dari orde 3 – 5%. Akurasi, dinyatakan sebagai kesalahan relatif (e) biasanya dari orde 3-6%, sementara batas deteksi lebih rendah daripada 0,123 µg/g. Dengan keberadaan gangguan timbal balik, metoda standar addisi dianggap dapat meningkatkan resolusi dari teknik voltametri. Setelah dilakukan pada bahan pembanding standar , prosedur analisis dialihkan dan diaplikasikan pada tepung yang dijadikan sampel komersil untuk dijual di pasar.
jamur merang
JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI
Hanya beberapa jamur yang bias dikonsumsi dari ribuan jenis jamur yang tumbuh di bumi ini. Dari sedikit jumlah tersebut, ada lima jenis yang memiliki nilai ekonomi untuk dibudidayakan, yaitu jamur kuping, tiram,merang, champignon, dan shiitake. Tiga yang pertama, yaitu jamur kuping, tiram dan jamur merang dapat dibudidayakan di sebagian besar wilayah Indonesia yang bersuhu hangat. Sedangkan jamur champignon dan shiitake hanya dapat dibudidayakan di tempat- tempat tertentu, yaitu dataran tinggi yang bersuhu dingin.
Selain itu, secara ekonomi membudidayakan jamur champignon dan shiitake juga kurang menguntungkan karena pasar jamur dunia, termasuk Indonesia, sudah dibanjiri kedua jenis jamur ini dengan harga murah sehingga sulit bagi petani jamur Indonesia untuk ikut bersaing, bahkan di dalam negeri sekalipun. Oleh karena itu, hanya jamur kuping, tiram, dan jamur merang yang cocok dibudidayakan di Indonesia, baik dari segi lingkungan tumbuh maupun nilai ekonominya.
Jamur Merang
a. Taksonomi
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom : Myceteae (fungi)
Divisio : Amastigomucota
Sub Divisio : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Plutaceae
Genus : Volvariella
Spesies : Volvariella volvacea
b. Morfologi
Jamur ini sudah terlanjur mendapat sebutan jamur merang walaupun tidak selalu tumbuh di media merang (tangkai padi). Sebenarnya jamur ini juga bias tumbuh di media atau sisa-sisa tanaman yang memiliki sumber selulosa, seperti limbah pabrik kertas, limbah biji kopi, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, dan kulit buah pala.
Sesuai dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki volva atau cawan berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung pembungkus tubuh buah saat masih stadia telur.
Dalam perkembangannya, tangkai dan tudung buah membesar sehingga selubung tersebut tercabik dan terangkat ke atas dan sisanya yang tertinggal di bawah akan menjadi cawan. Jika cawan ini telah terbuka akan terbentuk bilah yang saat metang memproduksi basidia dan basidiospora berwarna merah atau merah muda.
Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.
c. Lingkungan tumbuh
Jamur merang tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32-38 oC dan kelembapan 80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahri langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang adalah 6,8-7.
Hanya beberapa jamur yang bias dikonsumsi dari ribuan jenis jamur yang tumbuh di bumi ini. Dari sedikit jumlah tersebut, ada lima jenis yang memiliki nilai ekonomi untuk dibudidayakan, yaitu jamur kuping, tiram,merang, champignon, dan shiitake. Tiga yang pertama, yaitu jamur kuping, tiram dan jamur merang dapat dibudidayakan di sebagian besar wilayah Indonesia yang bersuhu hangat. Sedangkan jamur champignon dan shiitake hanya dapat dibudidayakan di tempat- tempat tertentu, yaitu dataran tinggi yang bersuhu dingin.
Selain itu, secara ekonomi membudidayakan jamur champignon dan shiitake juga kurang menguntungkan karena pasar jamur dunia, termasuk Indonesia, sudah dibanjiri kedua jenis jamur ini dengan harga murah sehingga sulit bagi petani jamur Indonesia untuk ikut bersaing, bahkan di dalam negeri sekalipun. Oleh karena itu, hanya jamur kuping, tiram, dan jamur merang yang cocok dibudidayakan di Indonesia, baik dari segi lingkungan tumbuh maupun nilai ekonominya.
Jamur Merang
a. Taksonomi
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom : Myceteae (fungi)
Divisio : Amastigomucota
Sub Divisio : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Plutaceae
Genus : Volvariella
Spesies : Volvariella volvacea
b. Morfologi
Jamur ini sudah terlanjur mendapat sebutan jamur merang walaupun tidak selalu tumbuh di media merang (tangkai padi). Sebenarnya jamur ini juga bias tumbuh di media atau sisa-sisa tanaman yang memiliki sumber selulosa, seperti limbah pabrik kertas, limbah biji kopi, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, dan kulit buah pala.
Sesuai dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki volva atau cawan berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung pembungkus tubuh buah saat masih stadia telur.
Dalam perkembangannya, tangkai dan tudung buah membesar sehingga selubung tersebut tercabik dan terangkat ke atas dan sisanya yang tertinggal di bawah akan menjadi cawan. Jika cawan ini telah terbuka akan terbentuk bilah yang saat metang memproduksi basidia dan basidiospora berwarna merah atau merah muda.
Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.
c. Lingkungan tumbuh
Jamur merang tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32-38 oC dan kelembapan 80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahri langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang adalah 6,8-7.
Jumat, 05 Juni 2009
Langganan:
Postingan (Atom)