Senin, 08 Juni 2009

Potensiometri

Dalam metode potensiometri, informasi mengenai komposisi yang terdapat dalam sampel diperoleh melalui perbedaan potensial antara dua elektroda. Metode ini telah dikenal sejak abad 20 dan penggunaannya menjadi sangat luas sejak 25 tahun belakangan ini dan telah digunakan untuk sejumlah aplikasi analitik yang dikembangkan dengan menggunakan elektroda selelektif ion (ESI) yang sifat elektroniknya lebih sensitif dan stabil (Wang, 2002).
Metode potensiometri sering digunakan dalam analisis biasa, diantaranya di bidang pertanian seperti analisis nitrat dalam sampel tanah, di bidang industri seperti analisis klorida dalam pulp dan kertas, di bidang kontrol bahan makanan seperti analisis NO3-, F-, Br-, Ca2+ dalam minuman, susu, daging atau jus buah, dan di bidang biomedis (Sawyer, 1994). Pada potensiometri, pengukuran potensial sel dihitung berdasarkan beda potensial antara dua elektroda yaitu elektroda kerja (indikator) dan elektroda pembanding. Dengan demikian, potensial sel dapat dinyatakan dengan persamaan berikut (Strobel dan Heineman, 1989):
Esel = Ek – Ea = Eind - Eref ………………………………………………………..(2.1)
Keterangan:
Esel = Potensial sel dari elektrokimia
Eind = Potensial elektroda indikator/kerja
Eref = Potensial elektroda pembanding
Ek = Potensial elektroda katoda
Ea = Potensial elektroda anoda




Peralatan yang digunakan pada metode potensiometri ini cukup sederhana, yaitu elektroda pembanding, elektroda kerja dan alat pengukur potensial (mV/pH). Masing-masing elektroda merupakan reaksi setengah sel. Elektroda pembanding merupakan sel elektrokimia yang memiliki potensial konstan dan tidak bergantung pada konsentrasi analit atau ion lain dalam sampel (Skoog dkk., 2004). Elektroda kerja digunakan untuk merespon spesi ion tertentu dalam larutan dimana aktifitasnya diukur selama pengukuran (Sawyer and Helneman, 1994).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar